dta puisi pribadi
kadang suara hati sesak di dada, kadang ingin berteriak dalam dasar tak bertepi....kemanakah aku...kemanakah dirimu....
Senin, 11 November 2013
Katakan dengan Bunga
tak pernah ku mengerti bagaimana akan ku katakan padamu,
bahwa rindu ku masih menggantung di rinai hujan,
bahwa rinduku terpesona embun pagi,
di malam yang semakin kelam tanpa bintang,
sungguh aku tak tahu bagaimana menyatakannya dengan bunga,
hanya seikat rindu yang ku genggam dalam angan-angan semu,
semakin aku tak tahu apa artinga seuntai bunga merah,
mekar berseri di taman hati,
ku tampi rasa pada niru bambu yang membisu,
duhai dikau,
seuntai bunga merah masih ada di sini,
ku simpan sampai nanti,pada sewindu hari yang lewat,
merahnya masih berbekas di embun pagi yang kian senyap,
-dta-
Pal 0 Km Indonesia
10/11/2013
Selasa, 05 November 2013
Hidup Ini Indah
Nikmati saja,
Hidup ini indah dan penuh warna,
Bermain,
Belajar,
Bekerja,
Berdo'a,
Sama saja,
Perjalanan yang tak bisa kita hindari,
Sejak ruh pertama dan udara pertama kita hirup,
Hidup berjalan tanpa pernah balik kanan,
Begitu adanya dan sudah ada ditetapkan sejak awal,
Hidup dan kehidupan kita jalani,
Suka dan duka hanya konsep belaka,
Nikmati saja,
Hidup akan berhenti bila saatnya tiba,
Tak usah diminta,
Tak usah ditawar,
Hidup itu indah,
Hingga masa itu tiba,
Terpatri pada dinding batas sejak awal jumpa,
-dta-
Pal 0 Km Indonesia
06/11/2013
Rabu, 09 Oktober 2013
Menara Keimanan
menara keimanan berdiri kokoh menghadang waktu,
menara keimanan bukan tonggak sejarah,
menara keimanan selalu berdentang seiring waktu,
sudah kah kita mempedulikannya,
saat sibuk mendera raga dan pikiran,
saat lemah tak berdaya meratap sedih,
saat suka bergelimang harta dunia?,
menara keimanan ini sebagian lentera dalam hati,
menunjuk rasa dan keyakinan pribadi,
tak sama antara kita walau selalu bertaut jari,
duhai dikau...
dimanakah saat menara keimanan bersenandung syahdu,
dimanakah saat menara keimanan berdentang mengundang,
menara keimanan bukan tonggak sejarah,
menara keimanan selalu berdentang seiring waktu,
sudah kah kita mempedulikannya,
saat sibuk mendera raga dan pikiran,
saat lemah tak berdaya meratap sedih,
saat suka bergelimang harta dunia?,
menara keimanan ini sebagian lentera dalam hati,
menunjuk rasa dan keyakinan pribadi,
tak sama antara kita walau selalu bertaut jari,
duhai dikau...
dimanakah saat menara keimanan bersenandung syahdu,
dimanakah saat menara keimanan berdentang mengundang,
-dta-
Pal 0 Km Indonesia
Minggu, 15 September 2013
Ikhlas
pilu tak bisa berkata apa pun,
saat ku lihat dia berjalan ke sana kemari tanpa arah,
menenteng ragam barang tak terpakai,
berpakaian baju butut yang tak rapi,
tak pernah meminta,
hanya selalu menunggu,
menunggu belas kasihan sekitar,
ku hampiri saat ku jumpa dia,
hanya ini yang ada mak, ujar ku,
ku selipkan beberapa lembar rupiah di genggamannya,
sesaat tak ada kata,
hanya genggamannya semakin erat,
dia berucap terima kasih dalam bahasa lokal yang ku tahu pasti artinya,
dia senandungkan sebait do'a untuk ku,
tulus tanpa syarat,
ikhlas tanpa permintaan,
terima kasih mak,
moga engkau masih kuat menjalani hidup ini,
(dibatas asa yang aku tak kuasa)
-dta-
Pal 0 Km Indonesia
Jumat, 06 September 2013
Mata Langit
mata langit bukan mata-mata,
menyinari persada dalam aturan yang ada,
selalu ada setiap saat,
menyinari persada dalam aturan yang ada,
selalu ada setiap saat,
mata langit bukan buatan manusia,
telah ada sebelum kita ber-ada,
telah ada sebelum kita ber-ada,
mata langit bukan hiasan semata,
telah diletakkan sejak jaman dahulu kala,
tanpa kita punya kuasa,
telah diletakkan sejak jaman dahulu kala,
tanpa kita punya kuasa,
mata langit selalu ada
bahkan saat kita sudah tak ada
mata langit,
aku tak ikut punya,
aku hanya mengabadikannya saja,
aku tak ikut punya,
aku hanya mengabadikannya saja,
-dta-
Pal 0 Km Indonesia
Dingin
apa kabar sahabat,
adakah dingin menemani mu saat ini?
adakah dingin mendekap mu saat ini?
adakah dingin membuat hati mu membeku?
adakah dingin menemani mu saat ini?
adakah dingin mendekap mu saat ini?
adakah dingin membuat hati mu membeku?
biarkan dingin mengusap pipi mu yang terlihat pagi ini,
saat ku langkahkan kaki di koridor itu,
saat ku langkahkan kaki di koridor itu,
kala dingin masih ada sore ini,
sekelebat bayang mu mengusik diriku,
di balik pintu rumah yang terlihat tadi,
sekelebat bayang mu mengusik diriku,
di balik pintu rumah yang terlihat tadi,
kupi pahit tak bisa mengusir dingin yang menyergap,
teh panas juga masih tak bisa melawan,
teh panas juga masih tak bisa melawan,
selepas lambai rambut mu terurai,
wangi semerbak bak puteri khayangan,
melempar senyum di dingin meluruh hati,
menghangatkan,
mengesankan,
wangi semerbak bak puteri khayangan,
melempar senyum di dingin meluruh hati,
menghangatkan,
mengesankan,
dan,
dingin masih merangkul rindu,
dingin masih merangkul rindu,
-dta-
Pal 0 Km Indonesia
Rehat
waktu ku merebah kan diri,
di pangkuan mu kah?
bukan,
di pelukan mu kah?
juga bukan,
di sini….. di peraduan tak bernama,
tanpa mu, tanpa dikau,
ku rajut mimpi bak selendang rindu,
terhampar di alam fana berpayung rembulan tak purnama,
berbingkai embun pagi dingin menggigit raga,
di pangkuan mu kah?
bukan,
di pelukan mu kah?
juga bukan,
di sini….. di peraduan tak bernama,
tanpa mu, tanpa dikau,
ku rajut mimpi bak selendang rindu,
terhampar di alam fana berpayung rembulan tak purnama,
berbingkai embun pagi dingin menggigit raga,
-dta-
Pal 0 Km Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)